Senin, 05 November 2012

Renungan Keseimbangan.







EMOSI DAN KESEIMBANGAN

            “ Kutu di sebrang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak”.

         DEPARTEMEN  EMOSI  lebih peka menangkap keburukan orang lain dan terhalang mengindra kekurangan diri sendiri. Keburukan orang lain lebih mudah diterima dan membekas pada diri sendiri artinya keburukan orang lain lebih mudah membias dan menular. Maka tak heran ketika orang membicarakan keburukan orang lain, dia kelihatan sama buruknya. Tak disadari dia menganggap dirinya baik.

            Kebaikan orang lain diremehkan, dianggap sebagai  kebetulan saja, dia menolak nilai kebaikan  orang lain karena kebaikan itu tak ada pada dirinya. Demikianlah gelombang emosi yang membingungkan nialai kebenaran, sehingga kebenaran itu menjadi kabur yang diyakini sebagai kenaran.

            Ketika keburukan itu mengarah pada dia, dia menolak mentah – mentah keburukan dengan perilaku keburukan. Ketika keburukan itu mengarah pada orang lain, dia mencaci maki.

            Ketika kebaikan itu mengarah pada dia, dia menerima kebaikan itu dengan perilaku keburukan, missal menyombongkan diri dan meremehkan orang lain, karena kebaikan tak tampak di depan mata. 

            Ketika kebaikan itu mengarah pada orang lain, dia tak rela menerimanya. Nilai kebaikan itu dengan perilaku keburukan. Demikianlah gejolak emosi menguasai dia sehingga dia tak bias melihat kebaikan. Kebaikan menjadi kabur fatamurgana.

            DEPARTEMEN KESEIMBANGAN mengindra kebaikan dan keburukan sebagai nilai kebaikan dan nilai keburukan dari sebuah simulasi pembelajaran untuk mendapatkan nilai kebaikan itu sendiri dengan tetap menjunjung tinggi kehormatan orang lain tanpa merendahkan dan menyakitkan.

            Ketika kebaikan mengarah kepada DIA, DIA menerima dengan senang hati. Kebaikan itu sebagai nilai kebaikan yang patut dijunjung tinggi bersama – sama dengan tetap menjaga kehormatan bersama.

            Ketika kebaikan mengarah pada orang lain, DIA ikut bahagia. Menerima kebaikan itu sebagai nilai kebaikan yang patutu dijunjung tinggi bersama – sama dengan tetap menjada kehormata nya.

            Ketika keburukan mengarah pada DIA, DIA menerima keburukan itu seseorang sebagai nilai keburukan yang tak mampu melukai hati DIA. Sebaliknya nilai keburukan itu telah masuk dan melukai hati seseorang, SESEORANG ITU disapa dan di sentuh sebagai seseorang yang terhormat.

1 komentar:

  1. Selamat dengan diluncurkannya "rumah manusia". Konsep rumah manusia sangat sederhana, namun sarat makna. Membahasakan bahasa Tuhan dan kehidupan tanpa titik maupun jeda...

    Selamat memanusiakan manusia...

    BalasHapus