Manusia akan melakukan sesuatu dengan apa yang dia mampu lakukan, sesuai dengan kemampuanya, daya pikir, rasa, dan hati yang dia miliki. Artinya ketika dia melakukan kebaikan, kita itu jujur. Begitu juga ketika dia melakukan kesalahan, dia juga jujur dengan kesalahannya. Artinya kemampuan dia adalah sebatas itu.
Sampai mereka menemukan pemahaman baru untuk melakukan yang lebih baik, sampai ada perubahan dari perilakunya. Sebagai sebuah proses jujur tadi.
Disitulah peran Tuhan sebagai Pembimbing. Artinya ketika melakukan kebaikan itu bukan semata-mata usaha kita, DIA melakukan anugerah kepada kita untuk mampu melakukan kebaikan tersebut. Begitu juga saat kita melakukan kesalahan atau melanggar norma-norma kehidupan, melakukan maksiat dll, maka tanyakan kembali ke diri kita sejauh mana kedekatan diri kita dengan Tuhan.
Artinya juga ini sebagai tugas kita, kewajiban kita, setiap saat mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam setiap aktivitas kehidupan kita, itulah tugas dasar kita, dan itu adalah lahan kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sehingga dengan demikian, apabila semua aktivitas dalam hidup kita adalah sebagai lahan untuk semakin dekat dengan Tuhan, maka dalam keseharian dengan sesama manusia pun akan terarah kepada tujuan untuk membaikkan dan menjadi untuk lebih baik lagi di mata Tuhan. Dan itu semua sebagai bentuk curahan cinta serta kasih sayang Tuhan, yang akan selalu mendasari perilaku kita terhadap sesama.
Ketika keseharian kita tercampur oleh kehendak diri kita sendiri yang cenderung adalah nafsu, maka akan merusak diri kita, sesama manusia, dan kehidupan ini. Akan menjauhkan dari kebahagiaan.
Itulah makna hidup yang utuh, yang sebenarnya, tanpa tercampur oleh nafsu manusia, yang cenderung merusak tatanan kehidupan, yang sudah digariskan oleh yang Maha Kuasa.
(Salam Manusia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar